Sekitar
awal maret pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik
diumumkan oleh pemerintah telah menjadi malapetaka baru bagi masyarakat
indonesia. Sebelum tanggal efektifnya ditetapkan kenaikan harga itu yang mulai
tanggal 1 april 2012, banyak hal yang telah terjadi dan menjadi pendahulu
kenaikan harga BBM. Mungkin ini adalah hal yang tidak pernah menjadi pertimbangan
bagi pemerintah. Gejolak akibat digulirkannya wacana menaikkan harga BBM dengan
kenaikkan rata-rata 1.500 rupiah/liter telah membawa masyarakat dan pemerintah
kepada hal yang tentunya tidak diinginkan bersama. Biaya yang harus ditanggung
oleh pemerintah dan masyarakat akibat wacana itu adalah semakin membengkaknya
biaya yang dibutuhkan untuk meloloskan wacana kenaikan harga BBM itu sendiri.
Dengan
lahirnya kebijakan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi telah mendorong
pemerintah untuk menambah biaya untuk mengamankan kebijakan ini. Mulai dari
biaya untuk membahasnya di badan anggaran DPR sampai pada paripurna DPR. Biaya
ini tentunya masyarakat tidak mengetahui seberapa besar biaya yang
digelontorkan utuk membahas sebuah kebijakan. Selain itu pemerintah juga harus
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk membiayai pihak keamanan untuk
bekerja ekstra keras dalam mengamankan segala bentuk kebijakan yang diambil
oleh pemerintah. Ataukah logika mengerahkan puluhan ribu pihak militer baik
polisi maupun tentara adalah logika bisnis yag harus dijalankan. Jika itu
adalah logika bisnis maka semuanya adalah demi kepentingan bisnis militer
karena jika militer turun kejalan maka secara otomatis kebutuhan logistik
militer untuk mengamankan sebuah kebijakan akan ditambah. Jadi yang mendapatkan
keuntungan dari kebijakan ini adalah perusahaan asing yang bermitra sama
pemerintah dan bukan rakyat. Bisnis logistik militer dalam setiap pengambilan
kebijakan yang mungkin akan mendapatkan penentangan dalam masyarakat luas sudah
menjadi keniscayaan dan militer pun akan selalu menguji coba sebagian peralatan
militernya kepada masyarakat dan penyuplai pun akan mendapatkan keuntungan
dengan huru-hara yang terjadi dalam masyarakat akibat sebuah kebijakan yang diambil
oleh pemerintah.
Itu
baru dari sisi pemerintah, bagaimana dari sisi masyarakat? Jika kita terus
memperhatikan bagaimana pemerintah mengambil kebijakan menaikkan harga BBM maka
sebelumnya telah didahului oleh kenaikan harga-harga. Harga sembako telah
melambung tinggi, ongkos kendaraan telah mendahului naik, BBM menjadi langka
dalam masyarakat, biaya makan menjadi naik, dan semuanya menjadi barang mahal
sebelum kebijakan itu diberlakukan. Masyarakat yang menentang kebijakan itu
akan mengeluarkan biaya untuk membiayai segala proses penentangan, tapi selama
itu menjadi kebutuhan masyarakat maka masyarakat tidak akan mempedulikan biaya
yang harus dibayar sesaat untuk menyelamatkan kehidupan banyak orang dalam
jangka panjang. Korban yang berjatuhan akibat saling berhadap-hadapannya
masyarakat-mahasiswa-polisi dalam demonstrasi penentangan kebijakan kenaikan
harga BBM menjadi tinggi karena hampir setiap demonstrasi menuju pada benturan
fisik. Selain kerugian material harus dibayar mahal, kerugian non material pun
harus ditanggung oleh masyarakat dan mahasiswa. Logika itupun hanya
mengorbankan masyarakat dan mahasiswa yang hanya bersenjatakan megafon, spanduk
kata-kata, spanduk perangkat aksi lainnya harus berlawanan dengan gas air mata,
water canon, peluru karet dan senjata militer lainnya.
Bagaimana
dengan pegawai negeri rendahan, buruh, atau mereka yang bekerja di instansi
pemerintahan? Jika buruh dan pegawai yang bekerja di instansi pemerintah atau
swasta belum lama menikmati kenaikan gaji mereka dan sekarang diperhadapkan
dengan kenaikan harga barang-barang dengan kenaikan harga bahan bakar minyak
maka sebenarnya gaji yang mereka terima tidak ada artinya karena harga
kebutuhan telah melambung lebih dahulu. Jadi yang sengaja menciptakan huru-hara
dalam masyarakat adalah pemerintah itu sendiri. Ketika huru-hara sudah terjadi
dalam masyarakat maka akan ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan dalam
huru-hara tersebut. Perusahaan yang bergerak dalam militer akan terus
mengucurkan peralatan militer kepada pihak keamanan, perusahaan yang bergerak
dalam sektor BBM akan meraup keuntungan lebih tinggi dan pengusaha-pengusaha
kelas atas. Selain itu, strategi ini bisa menjadi alat untuk mengembalikkan
citra politik penguasa ditengah keterpurukan yang melanda pemerintahan.
Kerugian
akibat kebijakan dan huru hara itu akan ditanggung oleh masyarakat. Masyarakat
yang akan menanggung biaya akibat kerugian itu dengan memberikan subsidi kepada
negara dengan melalui pajak masyarakat dan bukan negara yang mensubsidi
masyarakat. jadi logika yang hadir adalah negara hadir sebagai penindas bagi
rakyatnya sendiri. Biaya perjuangan masyarakat memang sangat mahal, tapi itu
adalah untuk masa depan anak-cucu dan orang lain yang akan hidup berpuluh-puluh
tahun kemudian.. Teruslah untuk berjuang!!!
Tamalanrea, 28 Maret 2012 pukul 12.22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar