Saya tidak pernah menduga, kita akan bertemu di sebuah ruang tunggu, sama-sama menunggu untuk masuk disebuah bahtera yang akan menuju sebuah pulau. Entah kau kaget melihatku atau tidak.
Kita sama-sama dalam
sebuah perjalanan, tapi saya tidak mengetahui kau akan berjalan kemana. Apakah kita
akan ke pulau yang sama? Saya tidak bisa memastikan. Kau berasal dari pulau
mana? Saya tidak bisa memastikan. Yang jelas bahwa kita akan sama-sama menuju sebuah
pulau dalam bahtera yang sama. Tapi yang pasti bahwa kita sama-sama pernah
bertemu disebuah peristiwa dan saya tidak pernah menduga bahwa kita akan
bertemu kembali. Sama-sama melakukan perjalanan. Saya tidak mengetahui namamu,
tapi yang pasti kau mengetahui banyak hal tentang saya. Karena malam itu engkau
memperhatikan baik-baik ketika sahabat-sahabatmu secara antusias dan berebutan bertanya
banyak hal tentang saya.
Malam itu sekitar jam
tiga dini hari tanggal 25 juli kita bertemu di ruang tunggu yang sudah sesak
serta panas dan itu adalah pertemuan kita yang kedua secara langsung. Saya
melihatmu dengan tersenyum sebagaimana saya tersenyum melihatmu dan
kawan-kawanmu ketika pertama kali kita bertemu. Ketika itu kawan-kawanmu banyak
mengajukan pertanyaan dan pernyataan yang membuatku merasa geli. Saya tidak
perlu menjawab pertanyaannya dengan pernyataan, cukup tersenyum. Engkau sering
menengok kesebelah kirimu dan melihat saya secara langsung. Walaupun kita tidak
saling bertanya langsung, tapi kau pasti masih menyimpan memori tentang saya
dalam sebuah peristiwa yang kau sendiri terlibat didalamnya bersama
sahabat-sahabatmu.
Saya melihatmu seperti
pertemuan sebelumnya yang masih setia menggunakan kacamata, jaket, celana kain.
Senyummu, cara mengamatimu, cara melihatmu dan cara menatapmu masih seperti
diawal kita bertemu. Itu sepertinya ciri khasmu. Ketika melihatmu [entah berdiri
atau duduk di koper besar] disamping kananku arah jarum jam tiga, sekitar empat
meter dari pintu masuk yang kita belakangi yang hanya diantarai dua orang [satu
orang perempuan dan satu laki-laki] dan menghadap dermaga, membuat saya memutar
kembali memori tentangmu dan sahabat-sahabatmu serta perilaku yang kalian
pertontonkan. Beberapa kali kau menoleh kesamping kirimu melihat orang-orang
yang ada di sisi itu dan jelas sorot matamu beberapa kali memperhatikanku
sebagaimana engkau memperhatikanku waktu kita bertemu diawal. Saya memperhatikanmu
baik-baik walaupun engkau sesekali memalingkan wajahmu. Berharap bahwa kau akan
menyapaku langsung secara pribadi sebagaimana engkau berani masuk dengan
sahabat-sahabatmu untuk pertama kalinya.
Setelah beberapa saat
engkau melihat di samping kirimu dan kau memutuskan pindah ke bagian depan
walaupun disana sudah penuh dengan orang yang masuk dan mengantre duluan, kau
tetap memaksakan masuk disana. Saya memperhatikanmu ketika pindah dari sisi
kananku dengan memikul koper besar yang kau bawa, ditemani seorang anak kecil
dan satu orang dewasa. Akhirnya setelah tidak mendapatkan tempat berdiri atau
duduk, kau sendiri, anak kecil dan temanmu yang satunya, kembali kebelakang dan
memilih [mungkin] menunggu di luar karena di dalam saya tidak melihat wajahmu.
Masih ingatkah sebuah
peristiwa yang kau sendiri terlibat didalamnya bersama sahabat-sahabatmu? Itu sebuah
peristiwa yang memang dalam pahamannya kalian sudah menjadi perjuangan wajib kalian
yang tidak bisa ditinggalkan. Dan peristiwa itu sudah sering terjadi. Tetapi, kita
untuk pertama kalinya bertemu. Perjuangan yang kalian menganggapnya sebagai
sebuah jihad. Jihad untuk membasmi orang-orang yang berbeda paham dengan kalian.
Membawa dan memaksa orang lain pada pahaman kalian yang sudah dianggap benar
secara mutlak tanpa ada verifikasi. Bukankah itu sebuah kesesatan yang nyata?
Aktivitasmu dan
sahabat-sahabatmu yang mengatasnamakan masyarakat dengan membawa propaganda
video dan berita yang tidak jelas sumbernya. Adakah bukti yang bisa kalian ajukan
tentang informasi yang disampaikan kepada masyarakat itu? Selain informasi daur
ulang yang masih kalian pertahankan. Sepertinya kalian sudah susah mencari
celah [selain fitnah] untuk menghancurkan buah dari pohon yang tumbuh subur
sepanjang zaman yang mendapatkan nutrisi dari Cahaya yang tidak pernah padam.
Kalian memperkarakan seluruh
keyakinan dan isi hati orang, seolah-olah kalianlah yang lebih tau dari Yang
Maha Mengetahui. Kalian datang dan bilang mau melakukan klarifikasi, tapi yang
kalian lakukan adalah menuduh. Kalian mau dialog, tapi kalian mengintimidasi. Kalian
bertanya dengan meminta jawaban, dan ketika dijawab, kalian menuduh bahwa itu
bohong karena tidak sesuai dengan keinginan anda. Mau kalian apa sebenarnya? Kalian
mengatakan ini menyebabkan perpecahan. Tapi kenyataan kalian yang memecah
masyarakat dengan garis batas kafir dan tidak kafir. Kalian disuruh mengajukan
bukti tapi tidak bisa mengajukan bukti yang valid. Kalian selalu menginginkan
orang-orang yang tidak mengganggu kalian masuk penjara dengan tuduhan
penistaan. Bukankah pertanyaan dan pernyataan yang kalian ajukan itu secara
tidak langsung melecehan islam? Kalian yang menuduhkan kepada orang lain, tapi
kalian sendiri yang melakukannya. Kalian menyuruh orang-orang untuk bertobat.
Memang kalian siapa? Saya jadi bingung, apakah kalian sudah menjelajahi dan
mengetahui seluruh rahasia hati manusia? Kalau kalian bisa mengetahui seluruh
rahasia hati dan ibadah seseorang, bukankah kalian telah melakukan kudeta terhadap
Tuhan? Astaghfirullah.
Apakah kalianlah selama
ini yang menyebarkan informasi yang tidak benar pada masyarakat? Saya
menyebutnya saja sebagai fitnah [tuduhan yang tidak berdasar]. Apakah Kau dan
sahabat-sahabatmu [mungkin] tidak pernah bahagia dan tenang hidupnya atau tidak
sah ibadahnya tanpa membuat badai fitnah bid’ah, sesat, kafir yang kemudian
mengajak masyarakat untuk terlibat di dalamnya? Walaupun mereka tidak tahu
duduk perkaranya.
Pada peristiwa itu,
saya menganggap saja kalian seperti anak kecil yang sedang nonton sebuah film
horor. Semakin lama dan sering ditonton semakin menarik. Kemudian kalian
menyebarkan informasi kepada masyarakat bahwa adalah film horor yang layak
untuk ditonton bersama. Kalian menambahkan bumbu sesuai selera anda dalam
setiap informasi itu. Akhirnya film horor itu semakin banyak yang menonton. Ada
yang menyukainya dan ada yang membencinya. Anggap saja pemain film horor adalah
horor bagi kalian sehingga kalian membangun kebencian terhadapnya.
Entah apa yang membuat
kalian membangun kebencian terhadap sesama umat manusia. Apakah kalian belajar
agama hanya belajar bab kebencian? Melihat orang lain yang tidak sepaham dan bersama
kalian adalah musuh. Adakah karena jumlah “pendapatan [uang? Pengikut?]” kalian
yang berbeda? Seruan untuk mengkafirkan dan jihad melawan orang yang berbeda
paham berarti seruan untuk menumpahkan darah, menjarah harta, dan menghancurkan
rumah-rumah mereka. Yang pada suatu saat nanti, jika orang-orang menolak seruan
itu dan tidak bersama kalian berarti mereka juga menjadi musuh kalian.
Sudahlah! Rupa-rupanya
kalian sudah menutup mata, pikiran, pendengaran, dan hati untuk mempelajari
terlebih dahulu setiap informasi yang kalian bawa-bawa. Kenyataanlah yang
menjelaskan bahwa kalian tidak mau menerima penjelasan dari mereka yang berbeda
dengan kalian. Apakah kalian sudah membaca buku yang kalian acak-acak itu dan
menyatakannya buku-buku yang menyesatkan? Adakah kesalahan yang dilakukan oleh
buku? Apakah buku yang kalian propagandakan benar secara mutlak? Saya sudah
membaca buku pedoman yang kalian sebar secara gratis itu. Isinya tidak lebih
dari fitnah. Kalian menjebak diri dalam kesalahan sendiri. Saya paham bahwa
kalian tidak dididik dalam tradisi berfikir. Bukankah sebuah kebodohan berdiskusi dengan orang yang bukan ahli
berfikir? Kalian dididik dalam tradisi taklid buta dan menuduh. Kalian
sudah melihat dan mempersempit dunia dan kehidupan ini hanya dalam sudut pandang
kelompok anda. Ada realitas kita sebagai saudara sesama manusia, sebagai hamba
Tuhan daripada pemikiran yang kau kerucutkan pada kelompokmu. Apakah dalam
hidup ini yang ada hanyalah perbedaan dan tidak ada kesatuan? Semakin fokus
pada perbedaan, maka yang kalian sebarkan adalah kebencian.
Sungguh singkat hidup
ini hanya untuk membangun kebencian. Kalian terus mengatakan bahwa ini bukan
islam! Bukankah sebenarnya kalian mau mengatakan diri dan kelompok kalianlah
yang paling benar islamnya? Apakah islam adalah pemikiran kalian dan pemikiran
kalian adalah islam dan yang lain salah secara keseluruhan? Tentunya tidak,
Islam adalah islam. Inilah permintaan saya kepada kalian yang sudah menganggap
dirinya paling suci dan paling benar dalam menjalani kehidupan ini: Tunjukkanlah
buktinya jika kalian memang yang paling benar.! Dialah yang mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, apa yang
tersembunyi dan apa yang tampak.
Rumah
Putih, 5 Syawal 1435 H. Pukul 09:01