Cari Blog Ini

Jumat, 21 Desember 2012

MOTIVASI MANUSIA MENCARI AGAMA


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berdiskusi dan mempertanyakan apa sebenarnya yang menjadi motivasi manusia untuk mencari agama. Banyak hal yang diungkapkan dan setidaknya menurut saya ada dua hal yang menjadikan motivasi manusia untuk mencari dan memeluk sebuah agama yaitu:

Pertama, Rasa ingin tahu. Apa sebenarnya yang ingin diketahui oleh manusia? setidaknya ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan kunci untuk memahami kehidupan manusia di bumi ini yaitu manusia itu dari mana yang berkaitan dengan asal-usul keberadaannya, sedang berada di mana yang berkaitan dengan persinggahan manusia dan kehidupannya di alam materi dan mau kemana yang berkaitan dengan tujuan akhir dari semua perjalanan yang dilalui oleh manusia. Dan untuk pembahasan asal, persinggahan, dan akhir perjalanan ini adalah masuk dalam pembahasan dasar-dasar agama.  

Kedua, Hakikat kemanusiaan. Pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk menyempurna. Sadar atau tidak sadar, menerima atau menolaknya akan tetapi semua upaya itu diarahkan untuk mencapai kesempurnaannya sebagai manusia. Dalam pembahasan masalah kesempurnaan manusia perlu memetakan kembali perbedaan antara tumbuhan, binatang, dan manusia itu sendiri. Tumbuhan tidak memiliki   ikhtiar untuk menjadi yang lain sehingga arah pergerakannya menjadi alamiah dan olehnya itu tumbuhan tidak mengarah pada penyempurnaan diri dan tetap menjadi tumbuhan sebagaimana tumbuhan. Binatang memiliki ikhtiar tetapi tingkat ikhtiar dan kehendak terbatas pada kebutuhan materi rendah semata dan tidak bisa masuk dalam wilayah non materi atau spiritual. Manusia sebagai makhluk yang memiliki kehendak bebas dan ikhtiar mampu melewati batas-batas material dalam pencarian dan kehidupannya sehingga yang membimbingnya adalah kesadaran dan akal sehat akan esensi kemanusiaannya untuk sampai pada tingkatan spiritual yang tinggi.

Dari dua alasan diatas maka fase perjalanan manusia dalam menyempurnakan kemanusiaannya bisa terpahami. Selain analisis pandangan diatas, ada beberapa ayat Al-Qur’an yang bisa dikutip untuk menjelaskan hal ini yaitu QS. Al Ara’af [7]:179, QS. Al Anfaal [8]:22.  

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.( QS. Al Ara’af [7]:179)

Dari ayat diatas bisa dipahami bahwa manusia dituntut untuk mengetahui semua tanda-tanda baik yang ada di dalam dirinya maupun yang diluar dirinya. Manusia yang tidak menggunakan daya yang ada dalam dirinya untuk mengetahui dan memahami segala tanda-tanda dianggap sebagai binatang ternak dan lebih tersesat. Lebih tersesat karena manusia telah diberi berbagai daya dan manusia tidak menggunakannya sebagai mana esensi kemanusiaannya yang memiliki kehendak bebas dan ikhtiar untuk menembus batas-batas dunia material dengan bantuan kesadaran dan akal sehatnya untuk mencapai pengetahuan itu.

Manusia telah dianugerahi hati untuk menyaksikan dan merasakan secara batiniah atas segala fenomena, manusia telah dianugerahi mata untuk melihat semua fenomena yang terjadi di alam dan manusia memiliki telinga untuk mendengarkan kebenaran baik secara batiniah maupun lahiriah. Jika saja itu tidak digunakan untuk “membaca, mendengar, dan memahami” maka manusia sudah tidak memiliki perbedaan dengan binatang yang hanya menjadikan orientasi kehidupannya pada dunia materi yang rendah. Manusia yang terjebak pada dunia materi yang sangat rendah tidak akan pernah memahami kebenaran hakiki. Dan manusia yang tidak memahami kebenaran hakiki lebih tersesat dari jalan-jalan cahaya dan kebenaran karena pada dasarnya manusia telah diberi kelebihan dibandingkan dengan binatang ternak.      

Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli dan bisu (tidak mendengar dan memahami kebenaran)  yaitu orang-orang yang tidak mengerti. (QS. Al Anfaal [8]:22).

Dari ayat 22 dalam surat al anfaal dapat dipahami pula bahwa manusia lebih buruk dari pada binatang di hadapan Allah. Apa yang menjadi sebabnya? Jika kita menelusuri dari ayat diatas dapat diambil pelajaran bahwa mereka yang tuli mempunyai pendengaran tetapi mengingkari apa yang didengarkan dan mereka yang bisu yang mempunyai kemampuan memahami tetapi tidak mau memahami adalah lebih buruk dihadapan Tuhan. Hal ini meniscayakan bahwa manusia yang tidak mau menerima kebenaran padahal dia memiliki kemampuan untuk menerima secara totalitas tentang kebenaran itu telah mengingkari kediriannya. Sehingga apa yang membedakannya dia dengan binatang sudah diingkarinya sendiri. Kehendak dan ikhtiar yang ada dalam diri manusia sudah tidak ada perbedaannya dengan kehendak dan ikhtiar yang ada dalam diri binatang. 

Dalam konteks ayat ini manusia akan menjadi lebih buruk karena dia yang telah diberi anugerah dengan terang-terangan mengingkari segala anugerah itu sehingga jalannya selalu pada dunia materi yang rendah. Dan ikhtiar itu bukan lagi diarahkan pada penyempurnaan dirinya menuju cahaya tetapi menuju pada kegelapan. Konsekuensinya adalah kita akan memahami manusia dengan wajah dan perilaku kebinatangan yang menjadi dominan dan bahkan lebih buas lagi. Itulah makhluk yang paling buruk dihadapan Tuhan.

Konsekuensi logis dalam memahami dua ayat diatas adalah bahwa manusia yang tidak pernah memberontak bahkan terhadap dirinya sendiri sebenarnya tidak memiliki bentuk sebagai manusia. Selain itu adalah manusia yang telah mencapai kemajuan pengetahuan diberbagai hal dalam kehidupan tetapi pengetahuan itu tidak mampu menembus dirinya sendiri sebenarnya tidak ada gunanya karena tetap melahirkan manusia tanpa bentuk, manusia tanpa kepala, dan manusia tanpa hati. Karena yang hadir adalah egoisme dan perilaku kebinatangan yang lebih buas dari binatang  buas. Itulah yang menjadi pengingkaran manusia akan kediriannya. Kesempurnaan dan agama sebagai pilihan manusia yang sama-sama membahas tentang balasan dan ketaatan dan berbicara tentang balasan berarti ada pilihan-pilihan jalan yang diambil oleh manusia sehingga agama sebagai balasan dalam kehidupan manusia akan menjadi teraktual secara terarah.

Tamalanrea, 6 Safar 1434 H/20 Desember 2012 M
Pukul 13:26 WITA

BUNGA, LILIN dan MULUT

Ada yang mengirim bunga ada yang membakarnya,  Ada yang menyalakan lilin ada yang memadamkannya,  Semuanya tersulut dari mulut kebencian. ...