Cari Blog Ini

Selasa, 27 Agustus 2013

Masihkah Engkau Mengingatnya?


Masihkah engkau mengingatnya?
Ketika kita membicarakan masa depan
Dibawah cahaya bulan purnama
Dihamparan taman
Dengan sebuah lentera
Diatas gubuk kehidupan
Dengan bangunan seadanya
Ditemani suara jangkrik yang bersahutan
Disekeliling kita
Datang mememecah kesunyian
Masihkah engkau mengingatnya?
Malam itu kita berbicara
Rumah kita
Masa depan kita
Masa depan generasi muda
Masa depan ummat manusia
Masa depan alam semesta
Masihkah engkau mengingatnya?

Lakanaha, 06 April 2013
Pukul 17:30 WITA

NYANYIAN JIWA


I
Dalam kesunyian
Menembus kegelapan malam
Dalam keramaian
Menembus teriknya surya
Ku terus berjalan
Menjadi seorang musafir
Menyusuri jalan-jalan panjang dan berliku
Lorong-lorong yang membingungkan
Membawaku di setiap titik pencarian

II
Jutaan terminal telah ku singgahi
Para penjaja menawarkan madunya
Kepada setiap musafir
Tapi aku melihat
Madu yang mereka tawarkan
Telah  dicampur racun mematikan
Telah dicampur darah manusia yang ditumpahkan
Telah dicampuri duri-duri tajam
Yang siap membunuhku

III
Berbagai jalan telah kulewati
Licin bagaikan berjalan diatas minyak
Yang menghempaskanku ke dasar jurang
Halus bagaikan berjalan diatas kapas
Yang membawaku terbang di cakrawala kehidupan
Kasar bagaikan berjalan diatas duri-duri
Yang menghujam jiwa-jiwa yang sedang tertidur

IV
Aku tersesat ditengah gurun
Dalam kesendirian
Tanpa kompas
Tanpa makanan dan minuman
Tanpa busana
Tanpa kemah
Aku duduk termangu
memandangi diriku seperti patung
Bertanya dan menjawab
Dinginnya malam menembus sukmaku
Panasnya siang membuatku hangus
Remuk sudah badanku terpanggang di bara api

V
Di gurun itu,
Hidupku akan berakhir
Di mulut-mulut binatang gurun
Kalajengking mulai menggigitku
Ular-ular sudah mulai melahapku
Kuda-kuda menginjak-injak tubuhku
Binatang gurun telah memasukkan racunnya ke tubuhku
Hampir membuatku tidak bernafas
Badan yang hampir lumpuh
Pelita jiwa hampir padam

VI
Dalam kejauhan di gurun itu
Dengan mata yang sayu
Aku melihat tanda lautan tak bertepi
Di atas cakrawala
Yang menuntunku untuk terus berjalan
Keluar perangkap gurun
Menuju lautan tak bertepi
Mengeluarkan racun mematikan
Yang telah disuntikkan binatang-binatang itu
Perlahan
Aku berusaha mengeluarkannya
Dengan tetesan air suci yang mengalir
Aku harus meninggalkan tepinya
Itu telah menipuku
Aku harus menyelam kedasarnya
Untuk mereguk setetes air suci
Untuk mengeluarkan racun
Yang telah bersemayam dalam badan ini

Samata-Gowa, 13 Agustus 2013
Pukul 04:19 WITA


BUNGA, LILIN dan MULUT

Ada yang mengirim bunga ada yang membakarnya,  Ada yang menyalakan lilin ada yang memadamkannya,  Semuanya tersulut dari mulut kebencian. ...