Cari Blog Ini

Rabu, 13 April 2011

Kepemimpinan Transformatif


Penguasa adalah pelindung dan rakyat adalah pengikutnya. Ia harus menolong dan menyelamatkan mereka tidak mengeksploitasi dan merusak mereka. Apakah penguasa untuk pelindung rakyat atau rakyat pelindung bagi penguasa??

Ketidakjelasan kondisi kepemimpinan yang akan berpihak terhadap kepentingan masyarakat luas di bangsa ini dan terjadinya kekosongan akan namanya keadilan dan kejujuran didalam kepemimpinan yang terus mewarnai perjalanan berbagai aturan dan sistem hukum yang diberlakukan di Indonesia. Mulai dari ORBA (Orde Baru/Orde Bandit) berkuasa, yang telah menjadi penyebab awal dan mendasar bagi terjadinya krisis pemimpin dan kepemimpinan sampai hari ini. Krisis kepemimpinan di bangsa ini menyangkut sulitnya kita menemukan para pemimpin, terkhusus lagi pada pemimpin formal, yang telah diberi amanah kepemimpinan publik melalui sistem dan proses politik/rekrutmen pemimpin dalam hal ini pemilu, yang mampu dan mau berpikir dan berbuat demi kepentingan kebenaran dan penegakan keadilan bagi seluruh rakyat.

Segala kegagalan pemimpin dan kepemimpinan hingga hari ini justru lebih disebabkan karena para pemimpin telah terperangkap dalam ketidakmampuannya memperlakukan orang lain sebagaimana memperlakukan dirinya sendiri (egois). kepemimpinan yang dibangun sampai hari ini kepemimpinan yang berjarak antara para pemimpin/penguasa dengan rakyatnya. Dalam hal ini, para pemimpin bangsa ini baik pusat maupun daerah beranggapan, bahwa kedekatan dirinya sebagai pemimpin dengan rakyat adalah sesuatu yang akan mengganggu pemenuhan kepentingannya, kecuali segelintir tim suksesnya.

Fenomena wajah kepemimpinan bangsa Indonesia sampai hari ini, membuat para pemangku jabatan dalam hal ini pemimpin/penguasa yang sedang berkuasa cenderung untuk terus mempertahankan kekuasaan yang telah diraihnya dengan segala cara walaupun ia telah gagal dalam membangun masyarakatnya.  Sementara, para elit pemilik modal ekonomi, sosial dan politik yang belum berkuasa, berebutan untuk menjadi penguasa, juga dengan menghalalkan segala cara (Misalnya Abu Rizal Bakrie).

Para pemimpin bangsa Indonesia hari ini sudah tidak mampu untuk keluar dari lingkaran ego diri menuju lingkaran-lingkaran altruisme terus berkembang meluas secara dinamis (ego semesta). Dalam konteks ke Indonesiaan kita terus menyaksikan perkembangan sosial ekonomi masyarakat yang bergerak ke arah lebih buruk dan terus lebih buruk dari masa ke masa. Dan akhirnya, nyaris semua orang menjadi egois, dengan hanya memikirkan keselamatan diri mereka sendiri belaka (lihatlah beberapa fenomena masyarakat yang ada di pinggiran ataupun “masyarakat pinggiran” yang ada ditengah-tengah kota).

Tantangan masa depan kita semua (mahasiswa) sebagai masyarakat yang jauh dari kekuasaan formal saat ini adalah bagaimana kita melakukan transformasi paradigma kepemimpinan yang sangat egois saat ini menjadi kepemimpinan yang memiliki kelapangan dada untuk berjuang untuk kepentingan masyarakat yang dipimpinnya (kepemimpinan transformatif). Bukanlah sekedar menjadi pemimpin yang hanya membutuhkan “kepatuhan bodoh” dari masyarakatnya, yang sangat cepat tersinggung, dan mengeluh kepada masyarakat serta merasa di zalimi saat kritik dialamatkan pada kepemimpinannya yang picik (Rezim SBY-Boediono). 

Untuk itu, masyarakat sekarang, dan hari-hari besok butuh figur kepemimpinan transformatif yang menguasai masalah secara lintas disiplin dan sektor, dengan segala krisis yang hari ini masih eksis di dalamnya. Meminjam bahasanya Marya Kash dalam Kepemimpinan Loyalitas Dan manajemen “pemimpin harus rela menjadi pendengar yang baik, kreatif dan produktif terhadap berbagai aspirasi, kritik dan keluh-kesah rakyatnya”. Untuk kemudian, dapat dianalisis secara cermat, kritis, jujur dan dirumuskan menjadi sebuah sistem dan kebijakan bagi terbangunnya manajemen perubahan ke arah positif. Perubahan ini pertama-tama tentu menyangkut mindset masyarakat di semua lapisannya, terutama di lapisan elitenya, yang lebih banyak muatan negatifnya. Ketika kehadiran sosok kepemimpinan yang transformatif tidak ada, Maka kemakmuran dan keadilan hanya bagi para penguasa, yang memperkaya diri dengan cara-cara yang salah, dan nista. Sementara masyarakat umum akan terus terjebak dalam kemelaratan dan penderitaan yang berkepanjangan Maka kita dalam jangka panjang butuh sebuah revolusi, walaupun kondisi hari ini tampak semakin jauh saja kemungkinan akan terjadinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUNGA, LILIN dan MULUT

Ada yang mengirim bunga ada yang membakarnya,  Ada yang menyalakan lilin ada yang memadamkannya,  Semuanya tersulut dari mulut kebencian. ...