Konfercab
begitu panggilan akrab bagi pelaksanaan suksesi atau ritual di dalam HmI. HmI
adalah organisasi yang sudah “tua” dalam sejarah kemerdekaan indonesia. Semua
rezim yang berkuasa dinegeri ini telah hadir bersamanya. HmI makassar timur
yang baru sepuluh tahun lebih berproses tapi sudah berjalan tertatih-tatih.
Karena semua itu adalah ulah mereka-mereka yang sedang “sakit” dan memperebutkan
kekuasaan.
Dinamika yang lahir dalam setiap
konferensi cabang sebagai pergulatan pemikiran dan tindakan dari semua orang
yang mempunyai kepentingan terhadap HmI cabang makassar timur telah membawa
anggota/kader/simpatisan pada dua sisi yaitu pada penguatan organisasi dan
disisi lain pada pelemahan proses yang ada diorganisasi. Jika kita mengamati
kondisi kekinian HmI makassar timur kita akan menyimpulkan ada beberapa kondisi
internal yang harus menjadi fokus dalam pemikiran penguatan keorganisasian ini yaitu:
Pertama,
pada
saat ini kita telah menghadapi sebuah kenyataan bahwa anggota HmI sedang
mengidap penyakit akut yaitu tertunduk pada sebuah realitas yang sangat
bertentangan dengan fitrah kemanusiaan. Yang dimaksud adalah fenomena yang
terjadi dalam kehidupan sosial di luar HmI yang kemudian diadopsi dalam organisasi
ini telah membawa kita pada sebuah kemunduran. Fenomena produk instant seperti
makanan instant, bumbu masak instant, minuman instant, dan berbagai macam
jenisnya telah masuk lebih jauh dalam organisasi ini. Fenomena ini bisa
ditemukan pada proses kehidupan dalam organisasi diantaranya pada pelaksanaan konferensi
cabang yang hanya ingin mendapatkan hasil yang cepat, proses pengkaderan yang
dilalui oleh kader atau anggota juga sangat instant.
Proses kaderisasi yang
dimaksud adalah pengkaderan anggota [pengurus/bukan pengurus] telah dilalui
dengan instant. Kita perhatikan saja bahwa untuk mendapatkan pengetahuan kita
hanya mendapatkannya secara instant sehingga dinamika pengetahuan yang ada diinternal
organisasi menjadi stagnan dan tidak berkembang. Kalaupun berkembang itu hanya
dilakukan segelintir orang yang bisa dihitung dengan jari. Fenomena lain adalah
untuk menjadi ketua cabang adalah sangat instant juga hanya dengan mengandalkan
“palu-palu” senior untuk mendapatkan kedudukan terhormat dalam organisasi. Ini
terjadi karena tidak adanya kekuatan figur kandidat ditataran akar rumput yaitu
komisariat-komisariat. Tentunya kandidat ini sedang mengidap penyakit kejiwaan
dan perlu dibawa ke rumah sakit jiwa untuk dirawat agar tidak merasuki yang
lain.
Kedua,
kecenderungan anggota HmI [buat para peserta konfercab] untuk melihat
organisasi ini seperti mesin sangat kuat dan akhirnya menyisakan berbagai macam
pertanyaan yang harus kembali dijawab oleh semua orang yang berproses dalam
wadah ini. Karena hidupnya organisasi bukan hanya berada dipundak kepengurusan
eksekutif [cabang/komisariat] tapi di semua sektor yang ada dalam tubuh HmI.
Ketiga,
kecenderungan yang hadir dalam internal HmI makassar timur adalah hadirnya
jiwa-jiwa yang kerdil sebagaimana zaman juga menghadirkan hal itu. Jiwa yang
kerdil yang dimaksud adalah dalam HmI banyak jiwa yang sudah tidak mempunyai
arah perjuangan dalam wilayah sosial tapi telah menghadirkan orang yang hanya
mampu berkoar-koar, mengeluh dan lari dari semua dinamika keorganisasian.
Sehingga kita terus menyaksikan mahasiswa hanya berdiri dan menatap dan
melanggengkan segala penindasan, dan menjadi penjilat serta pengkhianat bagi
dirinya sendiri, masyarakatnya, kebenaran, pengetahuan dan kemanusiaannya. Itu
adalah konsekuensi mengangkat orang yang lagi sakit jiwa untuk memimpin
organisasi yang dikenal sangat intelektual. Apakah kalian masih berpikir bahwa
dengan jabatan bisa memperbaiki HmI tapi tanpa ketulusan dalam berjuang.
Keempat,
nilai dasar perjuangan, tujuan HmI dan peraturan-peraturan yang ada dalam HmI
tidak digunakan lagi sebagai landasan untuk bergerak. Fenomena ini sangat kuat
terjadi dan dipertontonkan oleh para elit HmI makassar timur. Mereka tidak bisa
lagi menjadi rujukan untuk nilai-nilai
kehidupan sesuai dengan nilai dasar perjuangan dan tujuan HmI itu sendiri.
Apakah orang yang memilih orang yang sedang mengidap penyakit jiwa sebagai
pemimpinnya bukan termasuk dalam orang yang lebih gila? Mereka yang memilih
adalah orang yang lebih sakit jiwanya karena memilih juga orang yang sakit jiwa
untuk memimpin mereka.
Proses
pergantian kepengurusan sebagai ritual tahunan yang terus berulang dan
didalamnya terjadi konflik kepentingan telah membawa HmI pada kehancuran. Semua
kandidat yang bertarung dalam proses pemilihan akan mengaku sebagai orang yang
layak untuk memimpin HmI. Tapi dari kenyataan yang kalian perlihatkan adalah
bahwa kalian tidak layak untuk memimpin. Kenapa? Hal yang paling sederhana
adalah kalian tidak tulus dalam membawa atau memegang amanah organisasi. Tidak
adanya ketulusan itu membuat anda sangat bernafsu untuk menduduki jabatan
strategis dalam HmI. Apakah harus dengan jabatan kalian baru bisa berkarya di
HmI. Jika hanya dengan jabatan, apa bedanya anda dengan para politisi busuk
yang saling berebut kedudukan dan berpura-pura untuk meraih simpati masyarakat.
Selain
itu, dalam proses pertarungan anda bukanlah orang yang dengan kesadaran pribadi
untuk maju dan memimpin organisasi. Akan tetapi anda adalah titipan dari
mereka-mereka yang haus akan kekuasaan dan tidak pernah selesai dengan
permasalahan dalam dirinya sendiri. Dualisme yang dianut dalam diri individu
itu terus dibawa kedalam organisasi dan akhirnya menjadi berantakan. Itukah
yang diinginkan? Itu adalah keinginan kaum yang ingin memecah belah masyarakat
dengan segala perangkat organisasinya. Anda adalah titipan orang-orang yang
berkepentingan untuk maju dalam pemilihan Badan Koordinasi HmI d tuan PB HmI.
Itu bisa dipastikan bahwa tarik-tarikan dari PB sampai pada cabang itu adalah
kepentingan orang-orang yang lagi tidak sehat. Pertarungan antara tokoh dalam
HmI itu turut juga mempengaruhi pengambilan keputusan bagi mereka-mereka yang
lagi sakit dan saling memperebutkan jabatan. Perilaku yang sering dimunculkan
dengan istilah “palu-palu” senior. Adakah senior yang masih berkepentingan.
Ingat
bahwa HmI sebagai organisasi kader dan perjuangan bukan sebagai partai politik
seharusnya lepas dari kepentingan-kepentingan individu yang bisa menghancurkan
semua gerakan yang ada dalam organisasi. Kondisi yang terjadi dalam HmI
makassar timur tidak ada ubahnya dengan kondisi yang terjadi dalam tubuh partai
politik. Konflik antar tokoh dalam partai itu semakin membuat organisasi itu
menjadi busuk. Sebagaimana dalap partai DPD menggugat DPD maka komisariat
menggugat keabsahan proses ritual dalam cabang. Itukah yang diinginkan? Kalian
yang masih berproses secara konstitusional didalam HmI seharusnya berani untuk
menolak menjadi budak para politisi busuk, senior licik, dan teman yang licik.
Di dalam NDP kita hanya disuruh untuk menjadi pengabdi dijalan Tuhan bukan
dijalannya senior. Kalian punya hak untuk menentukan sepenuhnya jalannya
mekanisme organisasi. Jadi kalau ada kandidat dan siapapun itu yang tidak tulus
dalam menjalankan roda organisasi maka jangan coba-coba untuk bermain karena
itu suatu saat akan mencelakakan dirimu sendiri.
Kelima,
dari semua kondisi diatas dapat dipahami bahwa masih ada sebagian dari anggota
organisasi yang mau berproses untuk melewati berbagai rintangan dalam
mengaktualkan dan mempertanggungjawabkan atas pengetahuan yang dimilikinya. Hal
ini menjadi sebuah apresiasi besar bagi mereka-mereka yang masih terus berjuang
atas nama kebenaran, keadilan dan kemanusiaan. Mereka terus berjuang untuk
memperbaiki kader dan organisasi secara mikro dan tentunya tidak akan
mendapatkan perhatian besar dari para elit HMI makassar timur. Teruslah kalian
berjuang dalam organisasi ini dengan ketulusan tanpa harus mengharapkan imbalan
jabatan kekuasaan dari mereka-mereka pragmatis-oportunis.
Tamalanrea, 11 Mei 2012. Pukul 04:56 PM.