Cari Blog Ini

Sabtu, 12 Mei 2012

UNTUKMU YANG MENGAKU LAYAK MEMIMPIN HMI CAB. MAKTIM


Konfercab begitu panggilan akrab bagi pelaksanaan suksesi atau ritual di dalam HmI. HmI adalah organisasi yang sudah “tua” dalam sejarah kemerdekaan indonesia. Semua rezim yang berkuasa dinegeri ini telah hadir bersamanya. HmI makassar timur yang baru sepuluh tahun lebih berproses tapi sudah berjalan tertatih-tatih. Karena semua itu adalah ulah mereka-mereka yang sedang “sakit” dan memperebutkan kekuasaan.  

Dinamika yang lahir dalam setiap konferensi cabang sebagai pergulatan pemikiran dan tindakan dari semua orang yang mempunyai kepentingan terhadap HmI cabang makassar timur telah membawa anggota/kader/simpatisan pada dua sisi yaitu pada penguatan organisasi dan disisi lain pada pelemahan proses yang ada diorganisasi. Jika kita mengamati kondisi kekinian HmI makassar timur kita akan menyimpulkan ada beberapa kondisi internal yang harus menjadi fokus dalam pemikiran penguatan keorganisasian ini yaitu:

Pertama, pada saat ini kita telah menghadapi sebuah kenyataan bahwa anggota HmI sedang mengidap penyakit akut yaitu tertunduk pada sebuah realitas yang sangat bertentangan dengan fitrah kemanusiaan. Yang dimaksud adalah fenomena yang terjadi dalam kehidupan sosial di luar HmI yang kemudian diadopsi dalam organisasi ini telah membawa kita pada sebuah kemunduran. Fenomena produk instant seperti makanan instant, bumbu masak instant, minuman instant, dan berbagai macam jenisnya telah masuk lebih jauh dalam organisasi ini. Fenomena ini bisa ditemukan pada proses kehidupan dalam organisasi diantaranya pada pelaksanaan konferensi cabang yang hanya ingin mendapatkan hasil yang cepat, proses pengkaderan yang dilalui oleh kader atau anggota juga sangat instant. 

Proses kaderisasi yang dimaksud adalah pengkaderan anggota [pengurus/bukan pengurus] telah dilalui dengan instant. Kita perhatikan saja bahwa untuk mendapatkan pengetahuan kita hanya mendapatkannya secara instant sehingga dinamika pengetahuan yang ada diinternal organisasi menjadi stagnan dan tidak berkembang. Kalaupun berkembang itu hanya dilakukan segelintir orang yang bisa dihitung dengan jari. Fenomena lain adalah untuk menjadi ketua cabang adalah sangat instant juga hanya dengan mengandalkan “palu-palu” senior untuk mendapatkan kedudukan terhormat dalam organisasi. Ini terjadi karena tidak adanya kekuatan figur kandidat ditataran akar rumput yaitu komisariat-komisariat. Tentunya kandidat ini sedang mengidap penyakit kejiwaan dan perlu dibawa ke rumah sakit jiwa untuk dirawat agar tidak merasuki yang lain.

Kedua, kecenderungan anggota HmI [buat para peserta konfercab] untuk melihat organisasi ini seperti mesin sangat kuat dan akhirnya menyisakan berbagai macam pertanyaan yang harus kembali dijawab oleh semua orang yang berproses dalam wadah ini. Karena hidupnya organisasi bukan hanya berada dipundak kepengurusan eksekutif [cabang/komisariat] tapi di semua sektor yang ada dalam tubuh HmI.

Ketiga, kecenderungan yang hadir dalam internal HmI makassar timur adalah hadirnya jiwa-jiwa yang kerdil sebagaimana zaman juga menghadirkan hal itu. Jiwa yang kerdil yang dimaksud adalah dalam HmI banyak jiwa yang sudah tidak mempunyai arah perjuangan dalam wilayah sosial tapi telah menghadirkan orang yang hanya mampu berkoar-koar, mengeluh dan lari dari semua dinamika keorganisasian. Sehingga kita terus menyaksikan mahasiswa hanya berdiri dan menatap dan melanggengkan segala penindasan, dan menjadi penjilat serta pengkhianat bagi dirinya sendiri, masyarakatnya, kebenaran, pengetahuan dan kemanusiaannya. Itu adalah konsekuensi mengangkat orang yang lagi sakit jiwa untuk memimpin organisasi yang dikenal sangat intelektual. Apakah kalian masih berpikir bahwa dengan jabatan bisa memperbaiki HmI tapi tanpa ketulusan dalam berjuang.

Keempat, nilai dasar perjuangan, tujuan HmI dan peraturan-peraturan yang ada dalam HmI tidak digunakan lagi sebagai landasan untuk bergerak. Fenomena ini sangat kuat terjadi dan dipertontonkan oleh para elit HmI makassar timur. Mereka tidak bisa lagi menjadi rujukan  untuk nilai-nilai kehidupan sesuai dengan nilai dasar perjuangan dan tujuan HmI itu sendiri. Apakah orang yang memilih orang yang sedang mengidap penyakit jiwa sebagai pemimpinnya bukan termasuk dalam orang yang lebih gila? Mereka yang memilih adalah orang yang lebih sakit jiwanya karena memilih juga orang yang sakit jiwa untuk memimpin mereka.  

Proses pergantian kepengurusan sebagai ritual tahunan yang terus berulang dan didalamnya terjadi konflik kepentingan telah membawa HmI pada kehancuran. Semua kandidat yang bertarung dalam proses pemilihan akan mengaku sebagai orang yang layak untuk memimpin HmI. Tapi dari kenyataan yang kalian perlihatkan adalah bahwa kalian tidak layak untuk memimpin. Kenapa? Hal yang paling sederhana adalah kalian tidak tulus dalam membawa atau memegang amanah organisasi. Tidak adanya ketulusan itu membuat anda sangat bernafsu untuk menduduki jabatan strategis dalam HmI. Apakah harus dengan jabatan kalian baru bisa berkarya di HmI. Jika hanya dengan jabatan, apa bedanya anda dengan para politisi busuk yang saling berebut kedudukan dan berpura-pura untuk meraih simpati masyarakat.

Selain itu, dalam proses pertarungan anda bukanlah orang yang dengan kesadaran pribadi untuk maju dan memimpin organisasi. Akan tetapi anda adalah titipan dari mereka-mereka yang haus akan kekuasaan dan tidak pernah selesai dengan permasalahan dalam dirinya sendiri. Dualisme yang dianut dalam diri individu itu terus dibawa kedalam organisasi dan akhirnya menjadi berantakan. Itukah yang diinginkan? Itu adalah keinginan kaum yang ingin memecah belah masyarakat dengan segala perangkat organisasinya. Anda adalah titipan orang-orang yang berkepentingan untuk maju dalam pemilihan Badan Koordinasi HmI d tuan PB HmI. Itu bisa dipastikan bahwa tarik-tarikan dari PB sampai pada cabang itu adalah kepentingan orang-orang yang lagi tidak sehat. Pertarungan antara tokoh dalam HmI itu turut juga mempengaruhi pengambilan keputusan bagi mereka-mereka yang lagi sakit dan saling memperebutkan jabatan. Perilaku yang sering dimunculkan dengan istilah “palu-palu” senior. Adakah senior yang masih berkepentingan.

Ingat bahwa HmI sebagai organisasi kader dan perjuangan bukan sebagai partai politik seharusnya lepas dari kepentingan-kepentingan individu yang bisa menghancurkan semua gerakan yang ada dalam organisasi. Kondisi yang terjadi dalam HmI makassar timur tidak ada ubahnya dengan kondisi yang terjadi dalam tubuh partai politik. Konflik antar tokoh dalam partai itu semakin membuat organisasi itu menjadi busuk. Sebagaimana dalap partai DPD menggugat DPD maka komisariat menggugat keabsahan proses ritual dalam cabang. Itukah yang diinginkan? Kalian yang masih berproses secara konstitusional didalam HmI seharusnya berani untuk menolak menjadi budak para politisi busuk, senior licik, dan teman yang licik. Di dalam NDP kita hanya disuruh untuk menjadi pengabdi dijalan Tuhan bukan dijalannya senior. Kalian punya hak untuk menentukan sepenuhnya jalannya mekanisme organisasi. Jadi kalau ada kandidat dan siapapun itu yang tidak tulus dalam menjalankan roda organisasi maka jangan coba-coba untuk bermain karena itu suatu saat akan mencelakakan dirimu sendiri.

Kelima, dari semua kondisi diatas dapat dipahami bahwa masih ada sebagian dari anggota organisasi yang mau berproses untuk melewati berbagai rintangan dalam mengaktualkan dan mempertanggungjawabkan atas pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini menjadi sebuah apresiasi besar bagi mereka-mereka yang masih terus berjuang atas nama kebenaran, keadilan dan kemanusiaan. Mereka terus berjuang untuk memperbaiki kader dan organisasi secara mikro dan tentunya tidak akan mendapatkan perhatian besar dari para elit HMI makassar timur. Teruslah kalian berjuang dalam organisasi ini dengan ketulusan tanpa harus mengharapkan imbalan jabatan kekuasaan dari mereka-mereka pragmatis-oportunis.

Tamalanrea, 11 Mei 2012. Pukul 04:56 PM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUNGA, LILIN dan MULUT

Ada yang mengirim bunga ada yang membakarnya,  Ada yang menyalakan lilin ada yang memadamkannya,  Semuanya tersulut dari mulut kebencian. ...