Cari Blog Ini

Kamis, 23 Mei 2013

MANUSIA ANTI PERADABAN


Kenapa kita menolak peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan?? kemajuan peradaban modern dan perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat akan berhadapan dengan manusia-manusia yang anti kemajuan dan itu terjadi dalam beberapa kelompok masyarakat baik secara terbuka atau terang-terangan. Bahkan boleh jadi diri kita juga secara diam-diam adalah menjadi bagian dari orang yang secara totalitas menolak kemajuan peradaban dan pengetahuan di zaman ini. Penolakan ini justru terjadi dalam dunia kampus yang terus dikampanyekan secara terbuka oleh mereka-mereka yang berlagak  lebih cerdas dari yang lain atau oleh mereka-mereka yang secara gelagat mengklaim diri menjadi penafsir dan pemilik tunggal “kebenaran” yang tanpa melalui mereka orang lain tidak diizinkan untuk berbicara tentang “kebenaran”.

Propaganda manusia-manusia anti peradaban dan kemajuan pengetahuan telah melahirkan manusia-manusia yang hampir tidak memiliki daya kritis alias mandul. Melahirkan manusia-manusia yang secara kejiwaan berjalan diatas keangkungan dan menaruh kebencian terhadap yang lain yang sewaktu-waktu dapat meledak menjadi perang dan melahirkan manusia-manusia yang buta dan tunduk terhadap Propaganda penjajahan. Propaganda ini telah menjadi dogma yang secara turun temurun menjadi hal yang tidak perlu pertanyaan dan jawaban didalamnya. Dan anehnya dogma dan propaganda ini telah diinstitusikan menjadi sebuah organisasi.

Dilarangnya orang-orang untuk mengembangkan daya pikir kritis dan analisis rasional, membaca buku apa saja yang bisa memberikan informasi yang lebih banyak, larangan perlawanan terhadap para penguasa yang zalim, larangan untuk berdiskusi dengan berbagai macam kelompok masyarakat, larangan untuk tidak terlibat aktif dalam berbagai macam organisasi, larangan untuk membeli buku-buku penerbit tertentu, larangan untuk berdiskusi yang dianggap hal-hal sensitif dalam permasalahan agama dan seruan untuk melawan secara fisik orang-orang yang mengembangkan budaya berpikir kritis dan menyerang paham anti peradaban dan kemajuan. Seruan ini di dalam semua dimensi kehidupan kita telah menciptakan manusia-manusia hampa yang tidak punya rasionalitas dan hati nurani. Siapa yang diuntungkan? Tentunya para penjajah.

Kalau masyarakat barat menggunakan logika, filsafat, budaya dan ilmu-ilmu rasional lainnya untuk membangun peradaban dan masuk menjajah masyarakat-masyarakat dunia ketiga dalam semua dimensi kehidupannya, kita masih berdebat dan berkelahi untuk menentukan siapa yang kafir, sesat, bid’ah, murtad, masuk surga atau neraka, halal darahnya, yang mana shahih atau tidak, dapat pahala atau tidak, siapa yang berhak menafsirkan kebenaran tunggal. Itulah yang sering dipropagandakan daripada membicarakan dan bertindak bagaimana membangun peradaban dan pengetahuan yang tidak menentang kebenaran, kemanusiaan dan keadilan yang tentunya dengan menggunakan logika, filsafat, budaya, teknologi dan ilmu-ilmu rasional lainnya sebagaimana mereka menggunakan hal itu untuk menjajah. Ilmu-ilmu itu digunakan dalam seluruh dimensi kehidupan masyarakat tentu sebagai alat untuk melawan penjajahan serta melibatkan seluruh komponen masyarakat untuk bangkit dan keluar dari dogma, bangun dari tidur panjangnya, dan keluar dari janji-janji pembangunan peradaban dan pengetahuan yang dipropagandakan oleh para penajajah.       

Gerakan manusia-manusia anti peradaban yang muncul dalam kelompok-kelompok kecil sebenarnya merupakan perpanjangan tangan dari para penjajah. Mereka hanya menjadi musuh-musuh kecil bagi setiap mereka yang masih menjunjung tinggi rasionalitas. Ketika masyarakat yang berjalan diatas rasionalitasnya yang ditopang oleh cara berpikir kritis tentunya ini menjadi ancaman bagi para penjajah. Nah, dari hal inilah mereka membutuhkan manusia-manusia yang bisa mewujudkan keinginan-keinginan para penjajah dengan membangun dogma dalam masyarakat yang terus menjadi belenggu untuk membangun peradaban yang sejalan dengan kebenaran, keadilan dan kemanusiaa. Gerakan anti peradaban ini menjadi musuh sebenarnya bagi masyarakat yang mau melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Itulah orang-orang bodoh yang mengaku cerdas, beriman dan merepresentasikan dirinya sebagai wakil masyarakat dan simbolitas kebenaran tunggal yang merusak masyarakat. Secara sadar atau tidak mereka telah menjadi bagian dari para penjajah yang menghancurkan kebenaran, kemanusiaan dan keadilan.

Apa yang kita bisa lakukan? Berdiam diri bukan jawaban karena kita juga akan menjadi bagian dari manusia-manusia anti peradaban. Menerima pandangan mereka secara keseluruhan berarti kita menerima penjajahan yang mereka lakukan. Salah satu hal yang dibangun dari kita adalah tradisi berpikir kritis dan inklusif di generasi muda. Selain itu kemampuan kita menentukan siapa musuh bersama akan mengantarkan kita untuk konsisten dalam perjuangan. Dalam pandangan saya musuh besar kita adalah mereka-mereka yang menjadi aktor tunggal atau pengendali secara keseluruhan dalam setiap propaganda anti peradaban dan kemajuan yang ada. Kita terlalu banyak disibukkan dalam permasalahan kecil yang dikirimkan oleh mereka-mereka yang berkepentingan untuk menjajah yang memalingkan kita untuk mengidentifikasi para penjajah sebenarnya. Sudah menjadi hal umum bahwa setiap kelompok gerakan anti peradaban yang muncul adalah hanyalah menjadi pengacau konsentrasi masyarakat yang membangun tradisi berpikir kritis dan inklusif. Ketika tradisi berpikir kritis dan inklusif dalam masyarakat tidak terus dibangun, maka konsekuensi logisnya adalah kita akan menyaksikan manusia yang terus dibayangi ketakutan dalam kemajuan peradaban, manusia yang tidak punya harapan dan optimisme dalam kehidupan.

BTP, 22   Mei  2013 M/ 12 Rajab 1434 H, Pukul 16:22              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUNGA, LILIN dan MULUT

Ada yang mengirim bunga ada yang membakarnya,  Ada yang menyalakan lilin ada yang memadamkannya,  Semuanya tersulut dari mulut kebencian. ...