Cari Blog Ini

Kamis, 02 Februari 2012

“RUMAH SAKIT ITU BUKAN TEMPAT BISNIS”


Bukan hal baru ketika membaca harian fajar makassar yang terbit hari sabtu tanggal 28 januari 2012. Pada halaman 16 Di dalam koran itu dijelaskan bahwa pendapatan rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah Propinsi Sulsel membukukan pendapatan sebesar 30,20 Miliar. Angka yang sangat mencengangkan bagi masyarakat. Pertanyaan yang akan muncul adalah bagaimana mungkin institusi yang dikelola pemerintah yang sifatnya tidak mencari keuntungan justru menghadapkannya pada kita dengan pencarian keuntungan yang besar?

Aneh memang, tapi itu adalah kenyataan yang terjadi dihadapan kita. Logika bisnis kapitalis yang telah diadopsi oleh pemerintah di negeri ini memang telah mengorbankan banyak anak negeri ini. Jika logika teori-teori dibangku perkuliahan dijelaskan bahwa perusahaan bisnis dalam setiap aktivitasnya mendapatkan keuntungan yang banyak dan melebihi target maka dianggap berhasil dalam pengelolaan organisasi bisnis itu. Sedangkan bagi instansi pemerintahan, ketika sebuah instansi pemerintah tidak menghabiskan uang yang dialokasikan maka dianggap tidak berhasil dalam menjalankan  organisasi itu dan organisasi pemerintahan lebih banyak menghabiskan uang negara daripada mencari keuntungan. Namun tidak berlaku bagi rumah sakit, karena mereka disatu sisi harus memenuhi target Pendapatan Asli Daerah. 

Pernyataan gubernur sulsel sewaktu meresmikan Instalasi Rawat Darurat, “saya impikan bahwa yang datang di Rumah Sakit Dadi ini akan merasa senang, aman dan terlindungi. Mereka tidak ada rasa sakit lagi dan rumah sakit ini menjadi familiar,” kata dia. Sepertinya bapak gubernur memahami bahwa rasa sakit itu hanya diobati dengan berkunjung di RS Dadi. Perlu dipahami bahwa orang sakit gila dll itu disebabkan oleh tekanan kehidupan yang berat akibat kebijakan yang Engkau buat. Mereka adalah orang-orang yang tersisihkan dalam pergulatan zaman. Mereka adalah orang-orang yang mungkin tidak punya akses terhadap kekuasaan, ekonomi dan politik. Pernahkah aparat negara melihat bahwa mereka yang terjaring razia yang pemerintah menamakannya razia penyakit masyarakat itu adalah orang-orang yang tersisihkan? Tentunya tidak, karena penguasa tidak mengetahui siapa mereka, dari mana mereka, apa pekerjaan mereka, dan dimana mereka tinggal? Penguasa hanya melihat mereka dalam deretan angka-angka statistik yang pada dasarnya angka tersebut tidak diketahui berada di mana. Penguasa berwatak Fira’un dan Qarun melihat mereka sebagai sumber pendapatan, melihat mereka sebagai orang-orang yang harus ditindas. Benar bahwa Nietszche mengatakan orang lemah harus disingkirkan karena mereka menjadi beban bagi orang kuat. Seperti itulah juga dalam logika penguasa yang kapitalis.     

Dengan bangga direktur rumah sakit dadi mengatakan bahwa “2011 lalu sebenarnya target pendapatan yang dibebankan hanya Rp 27, 5 miliar. Tapi kita berhasil sumbangkan Rp 30,20 M atau pencapaian pendapatan 109,9 persen kata ayunsri. “ logika bisnis yang merasuki para pengelola rumah sakit hari ini adalah telah menjadikan mereka sebagai predator bagi manusia yang lain. Jika dalam dunia bisnis kita memahami bahwa bisnis adalah seperti binatang buas yang tidak terkendali, seperti itu juga bisnis kesehatan hari ini. Rumah sakit adalah tempat yang tidak terkendali, tempat dimana kita harus menghabiskan uang, tempat di mana kita harus bersiap meregang nyawa disana, tempat kita harus menjadi seperti binatang yang harus dijinakkan, tempat kita dilihat sebagai mangsa yang siap dilahap, tempat kita menjadi bahan percobaan bagi mereka yang haus akan darah dan menghabiskan nyawa manusia.

Target pendapatan yang diinginkan adalah cerminan bagaimana orientasi dari rumah sakit itu sendiri. Jika orientasi itu adalah uang, maka pada dasarnya mereka yang masuk disana adalah orang-orang secara sukarela harus bersedia untuk menjadi objek dan menjadi sumber penghasilan bagi mereka yang berwatak rakus. Manusia yang mengalami gangguan kesehatan tidak dianggap lagi sebagai manusia sebagaimana mereka yang sehat, tapi mereka adalah akan selalu menjadi sapi perahan. Rumah sakit yang dibangun itu sudah terlalu banyak, ini mengindikasikan bahwa orang yang sakit itu semakin banyak. Orang yang mau masuk rumah sakit itu sangat banyak. Uang yang bisa didapatkan dari orang yang sakit itu sangat banyak. Bisnis kesehatan itu sangat menjanjikan. Banyakkah orang yang sakit di negeri ini? Siapa yang menciptakan penyakit itu dan kenapa harus banyak rumah sakit yang dibangun? Logika yang dibangun adalah segala sesuatunya yang dicari adalah pendapatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUNGA, LILIN dan MULUT

Ada yang mengirim bunga ada yang membakarnya,  Ada yang menyalakan lilin ada yang memadamkannya,  Semuanya tersulut dari mulut kebencian. ...