Bukan hal baru
ketika membaca harian fajar makassar yang terbit hari sabtu tanggal 28 januari
2012. Pada halaman 16 Di dalam koran itu dijelaskan bahwa pendapatan rumah
sakit yang dikelola oleh pemerintah Propinsi Sulsel membukukan pendapatan
sebesar 30,20 Miliar. Angka yang sangat mencengangkan bagi masyarakat.
Pertanyaan yang akan muncul adalah bagaimana mungkin institusi yang dikelola
pemerintah yang sifatnya tidak mencari keuntungan justru menghadapkannya pada
kita dengan pencarian keuntungan yang besar?
Aneh memang,
tapi itu adalah kenyataan yang terjadi dihadapan kita. Logika bisnis kapitalis yang
telah diadopsi oleh pemerintah di negeri ini memang telah mengorbankan banyak anak
negeri ini. Jika logika teori-teori dibangku perkuliahan dijelaskan bahwa
perusahaan bisnis dalam setiap aktivitasnya mendapatkan keuntungan yang banyak
dan melebihi target maka dianggap berhasil dalam pengelolaan organisasi bisnis
itu. Sedangkan bagi instansi pemerintahan, ketika sebuah instansi pemerintah
tidak menghabiskan uang yang dialokasikan maka dianggap tidak berhasil dalam
menjalankan organisasi itu dan
organisasi pemerintahan lebih banyak menghabiskan uang negara daripada mencari
keuntungan. Namun tidak berlaku bagi rumah sakit, karena mereka disatu sisi
harus memenuhi target Pendapatan Asli Daerah.
Pernyataan
gubernur sulsel sewaktu meresmikan Instalasi Rawat Darurat, “saya impikan bahwa yang datang di Rumah
Sakit Dadi ini akan merasa senang, aman dan terlindungi. Mereka tidak ada rasa
sakit lagi dan rumah sakit ini menjadi familiar,” kata dia. Sepertinya bapak gubernur memahami bahwa
rasa sakit itu hanya diobati dengan berkunjung di RS Dadi. Perlu dipahami
bahwa orang sakit gila dll itu disebabkan oleh tekanan kehidupan yang berat
akibat kebijakan yang Engkau buat. Mereka adalah orang-orang yang tersisihkan
dalam pergulatan zaman. Mereka adalah orang-orang yang mungkin tidak punya
akses terhadap kekuasaan, ekonomi dan politik. Pernahkah aparat negara melihat
bahwa mereka yang terjaring razia yang pemerintah menamakannya razia penyakit
masyarakat itu adalah orang-orang yang tersisihkan? Tentunya tidak, karena
penguasa tidak mengetahui siapa mereka, dari mana mereka, apa pekerjaan mereka,
dan dimana mereka tinggal? Penguasa hanya melihat mereka dalam deretan
angka-angka statistik yang pada dasarnya angka tersebut tidak diketahui berada
di mana. Penguasa berwatak Fira’un dan Qarun melihat mereka sebagai sumber
pendapatan, melihat mereka sebagai orang-orang yang harus ditindas. Benar bahwa
Nietszche mengatakan orang lemah harus disingkirkan karena mereka menjadi beban
bagi orang kuat. Seperti itulah juga dalam logika penguasa yang kapitalis.
Dengan bangga
direktur rumah sakit dadi mengatakan bahwa “2011
lalu sebenarnya target pendapatan yang dibebankan hanya Rp 27, 5 miliar. Tapi
kita berhasil sumbangkan Rp 30,20 M atau pencapaian pendapatan 109,9 persen
kata ayunsri. “ logika bisnis yang merasuki para pengelola rumah sakit hari
ini adalah telah menjadikan mereka sebagai predator bagi manusia yang lain.
Jika dalam dunia bisnis kita memahami bahwa bisnis adalah seperti binatang buas
yang tidak terkendali, seperti itu juga bisnis kesehatan hari ini. Rumah sakit
adalah tempat yang tidak terkendali, tempat dimana kita harus menghabiskan
uang, tempat di mana kita harus bersiap meregang nyawa disana, tempat kita
harus menjadi seperti binatang yang harus dijinakkan, tempat kita dilihat
sebagai mangsa yang siap dilahap, tempat kita menjadi bahan percobaan bagi
mereka yang haus akan darah dan menghabiskan nyawa manusia.
Target pendapatan yang diinginkan adalah cerminan
bagaimana orientasi dari rumah sakit itu sendiri. Jika orientasi itu adalah
uang, maka pada dasarnya mereka yang masuk disana adalah orang-orang secara
sukarela harus bersedia untuk menjadi objek dan menjadi sumber penghasilan bagi
mereka yang berwatak rakus. Manusia yang mengalami gangguan kesehatan tidak
dianggap lagi sebagai manusia sebagaimana mereka yang sehat, tapi mereka adalah
akan selalu menjadi sapi perahan. Rumah sakit yang dibangun itu sudah terlalu
banyak, ini mengindikasikan bahwa orang yang sakit itu semakin banyak. Orang
yang mau masuk rumah sakit itu sangat banyak. Uang yang bisa didapatkan dari
orang yang sakit itu sangat banyak. Bisnis kesehatan itu sangat menjanjikan. Banyakkah
orang yang sakit di negeri ini? Siapa yang menciptakan penyakit itu dan kenapa
harus banyak rumah sakit yang dibangun? Logika yang dibangun adalah segala
sesuatunya yang dicari adalah pendapatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar