Bagian 1: Pendidikan dan perselingkuhan mahasiswa dengan akademik FE-UH
Pendidikan
adalah proses transformasi nilai-nilai yang mengarahkan umat manusia pada
kebenaran dan keadilan serta kemanusiaan. Hadirnya sebuah institusi pendidikan
tentunya bukanlah hanya untuk memberikan informasi kepada peserta didiknya tapi
bagaimana memberikan cara pandang yang filosofis kepada manusia sebagai peserta
didik tentang arti kehidupan.
Fakultas
ekonomi unhas sebagai sebuah institusi pendidikan tentunya punya landasan dan
tujuan yang jelas. Namun dengan memperhatikan realitas yang terjadi hari ini,
kita perlu melihat kembali fakultas ini sebagai sebuah institusi pendidikan
yang menjadikan manusianya sebagai manusia atau menjadikan manusianya sebagai
robot yang siap untuk dikendalikan dalam perusahaan bisnis. Berubahnya orientasi
pendidikan hari ini akan menentukan bagaimana perjalanan manusia Indonesia ke
depannya. Bobroknya orientasi sistem pendidikan dengan sebagian tenaga pendidik
di institusi ini meniscayakan bobroknya juga hasil dari pendidikan itu sendiri.
Sebagaimana yang kita pahami bersama bahwa berhasilnya sebuah pendidikan tergantung
kualitas pendidiknya, buku-buku yang dijadikan referensi dan dukungan lingkungan akademik serta perenungan
terhadap segala realitas dari pengetahuan yang disampaikan. Semua orang bisa
mendapatkan dan memahami apa yang disampaikan pada pendidikan itu namun
tergantung pada orang-orang yang tepat. Terkadang kita akan mendapatkan orang
yang cepat memahami apa yang disampaikan oleh guru dan terkadang juga kita
mendapatkan orang yang agak sulit memahami langsung apa yang disampaikan oleh
seorang guru.
Maraknya
kasus manipulasi akademik di institusi ini semakin membuka tabir pengelolaan
institusi yang bobrok yang sudah menjadi rahasia umum. Banyaknya “perselingkuhan”
yang terjadi dalam dunia akademik semakin memperkuat alasan untuk menolak
bentuk pendidkan hari ini di fakultas ekonomi. Perselingkuhan antara birokrasi
dengan mahasiswa dari sebagian kelompok yang orang tuanya memiliki harta lebih
dan jabatan/kekuasaan tertentu.
Cerita
dari beberapa mahasiswa yang risau terhadap kondisi fakultas ekonomi hari ini
semakin merisaukan karena bagaimana jadinya nanti mahasiswa yang sudah alumni,
yang akan menjadi alumni ataupun dosen-dosen/pegawai yang tidak terlibat kasus
ini. Kasus diwisudanya mahasiswa yang tidak jelas status perkuliahannya dan
tidak adanya klarifikasi dari pihak birokrasi fakultas ekonomi unhas semakin
menguatkan dugaan perselingkuhan birokrasi dengan satu atau lebih diantara
mahasiswa. Selain itu mencuatnya kasus salah satu mahasiswa akuntansi yang
tidak dikeluarkan nilai ujian skripsi dan berdampak tidak diwisudanya mahasiswa
tersebut pada bulan desember tahun 2011 yang lalu. Permasalahan inipun tidak
mendapatkan penyelesaian yang jelas. Hal ini semakin menguatkan pandangan bahwa
tebang pilih dalam pelayanan dan penyelesaian permasalahan akademik di tingkat
mahasiswa.
Praktek
kotor birokrasi dan beberapa mahasiswa fakultas ekonomi unhas ini kemungkinan
besar atau sudah menjadi kebiasaan umum sehingga menjadi legal sudah berjalan
cukup lama namun dibiarkan begitu saja dan ditutupi untuk tetap mempertahankan
citra fakultas ekonomi. Boleh jadi akreditasi fakultas ataupun jurusan ini juga
dilakukan dengan cara-cara kotor dan selama ini juga dapat dilihat bahwa
baiknya institusi pendidikan ini tergantung pada kerapian arsip dan membiarkan
kebobrokan di sistem akademik tetap terjadi.
Cerita-cerita
atau gossip yang beredar dikalangan mahasiswa atau praktek kotor itu sudah lama
terjadi dan bahkan menurut cerita yang berkembang adalah beberapa pegawai
akademik diajak oleh mahasiswa atau orang yang lagi mempunyai urusan dengan
akademik, untuk makan di luar dan tempat tertentu ataupun pegawai akademik
mengantar mahasiswa ke rumah dosen untuk membantu menghubungkan mahasiswa dan
dosen tertentu dalam menyelesaikan masalah akademiknya (pegawai akademik kayak
dinas perhubungan atau makelar saja). Cerita lain yang tak kalah aneh adalah
adanya dosen yang selalu meminta rokok atau pulsa sama mahasiswa ketika punya
urusan akademik, entah itu urus nilai ujian semester, sedang ujian, konsultasi
proposal/skripsi, konsultasi pengurusan KRS. Tak tanggung-tanggung nilai
material pulsanya per individu adalah 25.000,00 atau 50.000,00, bagaimana
ketika di kali banyak mahasiswa. Bagi mereka yang ber”uang” bukanlah masalah,
tapi ini menjadi pengrusakan mental mahasiswa. Mahasiswa diajar untuk
berpraktek kotor oleh oknum dosen atau pegawai.
Anehnya
juga mahasiswa menerima praktek kotor yang dilakukan oleh oknum birokrasi atau
dosen tertentu yang dapat memberikan jaminan nilai terurus cepat dan terjamin.
Inilah permasalahan karakter mahasiswa yang mau dibangun di institusi
pendidikan justru institusi itulah yang menghancurkan sendiri. Keanehan lain
adalah kebijakan membawa atau membayar uang atau menanggung konsumsi para
penguji dalam ujian proposal atau skripsi yang mengantarkan mahasiswa juga pada
kebobrokan moral dan perilaku suap menyuap.
Pertanyaan sekarang
bagi mahasiswa dosen dan sebagian pegawai adalah tetap berkompromi dengan kelakuan kotor tersebut atau bangkit untuk melawan segala system penjajahan di
bidang akademik tersebut. Ketika mahasiswa, dosen dan sebagian pegawai hanya
berdiam diri menonton fenomena tersebut maka pada dasarnya mereka juga telah
melegalisasi praktek-praktek kotor dan perselingkuhan yang terjadi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar