Cari Blog Ini

Senin, 09 Januari 2012

BERJUANG MELAWAN LUPA


Bagian 1: Pendidikan dan perselingkuhan mahasiswa dengan akademik FE-UH

Pendidikan adalah proses transformasi nilai-nilai yang mengarahkan umat manusia pada kebenaran dan keadilan serta kemanusiaan. Hadirnya sebuah institusi pendidikan tentunya bukanlah hanya untuk memberikan informasi kepada peserta didiknya tapi bagaimana memberikan cara pandang yang filosofis kepada manusia sebagai peserta didik tentang arti kehidupan.

Fakultas ekonomi unhas sebagai sebuah institusi pendidikan tentunya punya landasan dan tujuan yang jelas. Namun dengan memperhatikan realitas yang terjadi hari ini, kita perlu melihat kembali fakultas ini sebagai sebuah institusi pendidikan yang menjadikan manusianya sebagai manusia atau menjadikan manusianya sebagai robot yang siap untuk dikendalikan dalam perusahaan bisnis. Berubahnya orientasi pendidikan hari ini akan menentukan bagaimana perjalanan manusia Indonesia ke depannya. Bobroknya orientasi sistem pendidikan dengan sebagian tenaga pendidik di institusi ini meniscayakan bobroknya juga hasil dari pendidikan itu sendiri. Sebagaimana yang kita pahami bersama bahwa berhasilnya sebuah pendidikan tergantung kualitas pendidiknya, buku-buku yang dijadikan referensi dan  dukungan lingkungan akademik serta perenungan terhadap segala realitas dari pengetahuan yang disampaikan. Semua orang bisa mendapatkan dan memahami apa yang disampaikan pada pendidikan itu namun tergantung pada orang-orang yang tepat. Terkadang kita akan mendapatkan orang yang cepat memahami apa yang disampaikan oleh guru dan terkadang juga kita mendapatkan orang yang agak sulit memahami langsung apa yang disampaikan oleh seorang guru.

Maraknya kasus manipulasi akademik di institusi ini semakin membuka tabir pengelolaan institusi yang bobrok yang sudah menjadi rahasia umum. Banyaknya “perselingkuhan” yang terjadi dalam dunia akademik semakin memperkuat alasan untuk menolak bentuk pendidkan hari ini di fakultas ekonomi. Perselingkuhan antara birokrasi dengan mahasiswa dari sebagian kelompok yang orang tuanya memiliki harta lebih dan jabatan/kekuasaan tertentu.

Cerita dari beberapa mahasiswa yang risau terhadap kondisi fakultas ekonomi hari ini semakin merisaukan karena bagaimana jadinya nanti mahasiswa yang sudah alumni, yang akan menjadi alumni ataupun dosen-dosen/pegawai yang tidak terlibat kasus ini. Kasus diwisudanya mahasiswa yang tidak jelas status perkuliahannya dan tidak adanya klarifikasi dari pihak birokrasi fakultas ekonomi unhas semakin menguatkan dugaan perselingkuhan birokrasi dengan satu atau lebih diantara mahasiswa. Selain itu mencuatnya kasus salah satu mahasiswa akuntansi yang tidak dikeluarkan nilai ujian skripsi dan berdampak tidak diwisudanya mahasiswa tersebut pada bulan desember tahun 2011 yang lalu. Permasalahan inipun tidak mendapatkan penyelesaian yang jelas. Hal ini semakin menguatkan pandangan bahwa tebang pilih dalam pelayanan dan penyelesaian permasalahan akademik di tingkat mahasiswa.   

Praktek kotor birokrasi dan beberapa mahasiswa fakultas ekonomi unhas ini kemungkinan besar atau sudah menjadi kebiasaan umum sehingga menjadi legal sudah berjalan cukup lama namun dibiarkan begitu saja dan ditutupi untuk tetap mempertahankan citra fakultas ekonomi. Boleh jadi akreditasi fakultas ataupun jurusan ini juga dilakukan dengan cara-cara kotor dan selama ini juga dapat dilihat bahwa baiknya institusi pendidikan ini tergantung pada kerapian arsip dan membiarkan kebobrokan di sistem akademik tetap terjadi.

Cerita-cerita atau gossip yang beredar dikalangan mahasiswa atau praktek kotor itu sudah lama terjadi dan bahkan menurut cerita yang berkembang adalah beberapa pegawai akademik diajak oleh mahasiswa atau orang yang lagi mempunyai urusan dengan akademik, untuk makan di luar dan tempat tertentu ataupun pegawai akademik mengantar mahasiswa ke rumah dosen untuk membantu menghubungkan mahasiswa dan dosen tertentu dalam menyelesaikan masalah akademiknya (pegawai akademik kayak dinas perhubungan atau makelar saja). Cerita lain yang tak kalah aneh adalah adanya dosen yang selalu meminta rokok atau pulsa sama mahasiswa ketika punya urusan akademik, entah itu urus nilai ujian semester, sedang ujian, konsultasi proposal/skripsi, konsultasi pengurusan KRS. Tak tanggung-tanggung nilai material pulsanya per individu adalah 25.000,00 atau 50.000,00, bagaimana ketika di kali banyak mahasiswa. Bagi mereka yang ber”uang” bukanlah masalah, tapi ini menjadi pengrusakan mental mahasiswa. Mahasiswa diajar untuk berpraktek kotor oleh oknum dosen atau pegawai.

Anehnya juga mahasiswa menerima praktek kotor yang dilakukan oleh oknum birokrasi atau dosen tertentu yang dapat memberikan jaminan nilai terurus cepat dan terjamin. Inilah permasalahan karakter mahasiswa yang mau dibangun di institusi pendidikan justru institusi itulah yang menghancurkan sendiri. Keanehan lain adalah kebijakan membawa atau membayar uang atau menanggung konsumsi para penguji dalam ujian proposal atau skripsi yang mengantarkan mahasiswa juga pada kebobrokan moral dan perilaku suap menyuap. 

Pertanyaan sekarang bagi mahasiswa dosen dan sebagian pegawai adalah tetap berkompromi dengan kelakuan kotor tersebut atau bangkit untuk melawan segala system penjajahan di bidang akademik tersebut. Ketika mahasiswa, dosen dan sebagian pegawai hanya berdiam diri menonton fenomena tersebut maka pada dasarnya mereka juga telah melegalisasi praktek-praktek kotor dan perselingkuhan yang terjadi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BUNGA, LILIN dan MULUT

Ada yang mengirim bunga ada yang membakarnya,  Ada yang menyalakan lilin ada yang memadamkannya,  Semuanya tersulut dari mulut kebencian. ...